Jadikan Kematian sebagai Penasehat Diri
(Mewujudkan Tujuan Hamba yang sesungguhnya kepada Allah swt)
Oleh: Ibrahim Lubis, M.Pd.I
(Mewujudkan Tujuan Hamba yang sesungguhnya kepada Allah swt)
Oleh: Ibrahim Lubis, M.Pd.I
Secara umum, mati diartikan sebagai keluarnya ruh dari jasad, sedangkan secara ilmu kedokteran, proses kematian akan terjadi apabila jantung sudah berhenti berdenyut. Kematian merupakan hal yang tidak bisa dihindari, dan itu adalah sesuatu yang pasti dan akan dialami oleh setiap makhluk ciptaan Allah swt.
Sebagai Hamba Allah yang beriman, tentunya tidak akan menjadikan kematian sebagai sesuatu yang harus ditakuti, sebab bagaimanapun kematian itu akan tiba pada waktunya. Namun, bagi kita hamba Allah yang beriman, kematian adalah suatu sebab yang terus dan senantiasa menjadi penasehat diri dalam kehidupan untuk selalu mempersiapkan bekal yang banyak dimana bekal inilah yang menjadi penolong kita di hari akhir nanti.
Maasiral muslimin rahimakumullah...
Jadikanlah Kematian sebagai Penasehat Diri sebagai dasar dan langkah kita untuk Mewujudkan Tujuan kita sebagai Hamba yang sesungguhnya kepada Allah swt, sebab lahirnya manusia ke permukaan bumi ini hanya bertujuan untuk mengabdikan diri kepadaNya. Untuk itulah, mengingat kematian dan menjadikan kematian sebagai nasehat diri adalah hal yang baik dilakukan, sebab dengan mengingat kematian dan menjadikannya sebagai nasehat akan menghantarkan kita kepada ranah dan tujuan yang baik dan yang diridhai oleh Allah.
Maka dari itu, untuk mengingat dan menjadikan kematian sebagai nasehat, setidaknya ada beberapa hal yang harus kita renungkan, yaitu:
1. Kematian yang pasti untuk seluruh makhluk
Siapapun dan bagaimanapun keadaanya, setiap insan pasti akan mengalami kematian, tidak terkecuali bagi mereka yang kuat, kaya, para pejabat, presiden bahkan malaikatpun akan mengalami kematian.
“Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula)”.
“Tiap-tiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahala kalian”.
Firman Allah dalam surah Az Zumar: 30 dan Surat Ali `Imran: 185 di atas menegaskan bahwa setiap makhluk yang bernyawa akan menemui kematiannya dan itu merupakan hal yang pasti. Kematian tidak mempunyai batas waktu, tidak berpihak dan tidak memberikan peluang sedikitpun untuk bisa ditoleransi. Jika janji itu sudah tiba, maka kematian tidak bisa dimundurkan atau dimajukan walau sedetik saja.
“Di mana pun kalian berada, kematian akan mendapatkan kalian, kendatipun kalian berada di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh” (Surat An Nisa’: 78)
“Maka jika datang waktu kematian mereka, tidak bisa mereka tunda dan dan mendahulukannya sedetikpun,”[QS. An-Nahl: 61].
Maasiral muslimin rahimakumullah...
2. Kematian sebagai renungan sekaligus pelajaran
Secara sunnatullah, jika seseorang sudah mati dan telah meninggalkan alam dunia ini untuk selamanya, maka orang tersebut tidak dapat kembali hidup di dunia lagi. Maka dari itu, sebelum kematian itu datang, jadikanlah kematian itu sebagai bahan renungan dan pelajaran bagi kita selagi kita masih hidup di dunia ini.
Tentunya, ketika seseorang telah meninggal dunia, maka kematian yang dia alami tidak selesai pada proses kematian itu saja, akan tetapi secara hakiki, kematian yang dialami setiap manusia adalah awal baru untuk kehidupan di akhirat dimana setiap manusia akan dimintai pertanggungjawaban.
Allah swt menciptakan manusia dan menjadikannya sebagai khalifah di muka bumi ini merupakan suatu amanah dan tanggung jawab yang kelak akan dipertanyakan. Setiap perbuatan yang kita lakukan akan dituntut pertanggungjawabannya.
Tanggung jawab inilah yang menjadi tolak ukur keberhasilan dan kegagalan manusia. Jika amanah dan tanggung jawab itu dilakukan dengan tuntutan dan aturan Allah secara baik dan benar, maka hal itu merupakan sesuatu yang baik dan menggembirakan, akan tetapi jika amanah itu di sia-siakan, maka konsekuensinya adalah ganjaran yang setimpal dari Allah dimana ganjaran tersebut tentu tidak kita inginkan.
“Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kalian lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kalian, kemudian kalian akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia memberitahukan kepada kalian apa yang telah kalian kerjakan”. (Surat Al Jumu`ah: 8).
Oleh karena itu, dengan mengingat kematian, tentunya akan menasehati kita untuk selalu berada di jalan yang benar, untuk selalu berada pada garis-garis yang sesuai dalam ajaran Islam, untuk selalu berada dalam ridho Allah swt, jika hal itu kita lakukan, maka kita akan selamat di akhirat kelak.
Maasiral muslimin rahimakumullah...
3. Kematian sebagai nasehat untuk membentuk diri sebagai hamba Allah yang beriman
“Dan tidaklah Aku ciptakan Jin dan Manusia kecuali untuk beribadah kepadaku” (Q.S adz-Dzaariyaat ayat 56)
Ayat di atas menegaskan kepada kita bahwa tujuan kita diciptakan Allah ke dunia ini tidak lain tidak bukan hanyalah untuk mengabdi kepada Allah swt semata.
Konsep abdi atau hamba secara hakiki adalah segala hal dan perbuatan kita harus bersandarkan kepada Ridha Allah dengan menjalankan segala perintah dan menjahui segala yang dilarang Allah swt.
Menjadikan kematian sebagai nasehat diri akan menghantarkan kita untuk menjadi hamba Allah yang selalu tunduk dan patuh kepadaNya. Sebab, kita tahu ketika kita sudah berada di akhirat kelak, maka segala sesuatu perbuatan kita akan mendapatkan ganjaran, apabila baik dan benar yang kita lakukan, tentunya kita akan mendapatkan ganjaran pahala yang akan menghantarkan kita ke tempat yang mulia yaitu surga, namun sebaliknya, jika yang kita lakukan adalah sesuatu yang dibenci dan dimurkai Allah, maka tempat kita tentunya di neraka dengan siksa yang amat pedih.
Mengingat mati tentunya akan secara langsung menasehati kita untuk tidak berbuat dosa dan maksiat, sebab jika dosa dan perbuatan maksiat itu terus dilakukan, dan pada akhirnya kematian itu datang, maka hal itulah yang akan menjadi penyebab kita mendapat siksaan yang amat sangat pedih.
Intinya adalah dengan mengingat kematian dan menjadikannya nasehat diri adalah amal yang patut untuk dilaksanakan. Dengan mengingat mati kita akan menjadi tahu jika kesempatan untuk hidup kembali ke dunia ini tidak akan lagi ada. Kita juga akan sadar bahwa jika kematian itu telah tiba, maka tidak ada lagi penyesalan. Oleh karena itu, persiapkan diri untuk menghadapi kematian yaitu dengan memperbanyak amal ibadah dan menjadikan diri sebagai abdi Allah yang selalu tunduk dan patuh kepadaNya.
Kesimpulannya adalah:
Sebagai Hamba Allah yang beriman, tentunya tidak akan menjadikan kematian sebagai sesuatu yang harus ditakuti, sebab bagaimanapun kematian itu akan tiba pada waktunya. Namun, bagi kita hamba Allah yang beriman, kematian adalah suatu sebab yang terus dan senantiasa menjadi penasehat diri dalam kehidupan untuk selalu mempersiapkan bekal yang banyak dimana bekal inilah yang menjadi penolong kita di hari akhir nanti.
Maasiral muslimin rahimakumullah...
Jadikanlah Kematian sebagai Penasehat Diri sebagai dasar dan langkah kita untuk Mewujudkan Tujuan kita sebagai Hamba yang sesungguhnya kepada Allah swt, sebab lahirnya manusia ke permukaan bumi ini hanya bertujuan untuk mengabdikan diri kepadaNya. Untuk itulah, mengingat kematian dan menjadikan kematian sebagai nasehat diri adalah hal yang baik dilakukan, sebab dengan mengingat kematian dan menjadikannya sebagai nasehat akan menghantarkan kita kepada ranah dan tujuan yang baik dan yang diridhai oleh Allah.
Maka dari itu, untuk mengingat dan menjadikan kematian sebagai nasehat, setidaknya ada beberapa hal yang harus kita renungkan, yaitu:
1. Kematian yang pasti untuk seluruh makhluk
Siapapun dan bagaimanapun keadaanya, setiap insan pasti akan mengalami kematian, tidak terkecuali bagi mereka yang kuat, kaya, para pejabat, presiden bahkan malaikatpun akan mengalami kematian.
إِنَّكَ مَيِّتٌ وَإِنَّهُمْ مَيِّتُونَ
“Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula)”.
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Tiap-tiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahala kalian”.
Firman Allah dalam surah Az Zumar: 30 dan Surat Ali `Imran: 185 di atas menegaskan bahwa setiap makhluk yang bernyawa akan menemui kematiannya dan itu merupakan hal yang pasti. Kematian tidak mempunyai batas waktu, tidak berpihak dan tidak memberikan peluang sedikitpun untuk bisa ditoleransi. Jika janji itu sudah tiba, maka kematian tidak bisa dimundurkan atau dimajukan walau sedetik saja.
أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِكُكُمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ
“Di mana pun kalian berada, kematian akan mendapatkan kalian, kendatipun kalian berada di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh” (Surat An Nisa’: 78)
فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ
“Maka jika datang waktu kematian mereka, tidak bisa mereka tunda dan dan mendahulukannya sedetikpun,”[QS. An-Nahl: 61].
Maasiral muslimin rahimakumullah...
2. Kematian sebagai renungan sekaligus pelajaran
Secara sunnatullah, jika seseorang sudah mati dan telah meninggalkan alam dunia ini untuk selamanya, maka orang tersebut tidak dapat kembali hidup di dunia lagi. Maka dari itu, sebelum kematian itu datang, jadikanlah kematian itu sebagai bahan renungan dan pelajaran bagi kita selagi kita masih hidup di dunia ini.
Tentunya, ketika seseorang telah meninggal dunia, maka kematian yang dia alami tidak selesai pada proses kematian itu saja, akan tetapi secara hakiki, kematian yang dialami setiap manusia adalah awal baru untuk kehidupan di akhirat dimana setiap manusia akan dimintai pertanggungjawaban.
Allah swt menciptakan manusia dan menjadikannya sebagai khalifah di muka bumi ini merupakan suatu amanah dan tanggung jawab yang kelak akan dipertanyakan. Setiap perbuatan yang kita lakukan akan dituntut pertanggungjawabannya.
Tanggung jawab inilah yang menjadi tolak ukur keberhasilan dan kegagalan manusia. Jika amanah dan tanggung jawab itu dilakukan dengan tuntutan dan aturan Allah secara baik dan benar, maka hal itu merupakan sesuatu yang baik dan menggembirakan, akan tetapi jika amanah itu di sia-siakan, maka konsekuensinya adalah ganjaran yang setimpal dari Allah dimana ganjaran tersebut tentu tidak kita inginkan.
قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلَاقِيكُمْ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
“Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kalian lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kalian, kemudian kalian akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia memberitahukan kepada kalian apa yang telah kalian kerjakan”. (Surat Al Jumu`ah: 8).
Oleh karena itu, dengan mengingat kematian, tentunya akan menasehati kita untuk selalu berada di jalan yang benar, untuk selalu berada pada garis-garis yang sesuai dalam ajaran Islam, untuk selalu berada dalam ridho Allah swt, jika hal itu kita lakukan, maka kita akan selamat di akhirat kelak.
Maasiral muslimin rahimakumullah...
3. Kematian sebagai nasehat untuk membentuk diri sebagai hamba Allah yang beriman
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan tidaklah Aku ciptakan Jin dan Manusia kecuali untuk beribadah kepadaku” (Q.S adz-Dzaariyaat ayat 56)
Ayat di atas menegaskan kepada kita bahwa tujuan kita diciptakan Allah ke dunia ini tidak lain tidak bukan hanyalah untuk mengabdi kepada Allah swt semata.
Konsep abdi atau hamba secara hakiki adalah segala hal dan perbuatan kita harus bersandarkan kepada Ridha Allah dengan menjalankan segala perintah dan menjahui segala yang dilarang Allah swt.
Menjadikan kematian sebagai nasehat diri akan menghantarkan kita untuk menjadi hamba Allah yang selalu tunduk dan patuh kepadaNya. Sebab, kita tahu ketika kita sudah berada di akhirat kelak, maka segala sesuatu perbuatan kita akan mendapatkan ganjaran, apabila baik dan benar yang kita lakukan, tentunya kita akan mendapatkan ganjaran pahala yang akan menghantarkan kita ke tempat yang mulia yaitu surga, namun sebaliknya, jika yang kita lakukan adalah sesuatu yang dibenci dan dimurkai Allah, maka tempat kita tentunya di neraka dengan siksa yang amat pedih.
Mengingat mati tentunya akan secara langsung menasehati kita untuk tidak berbuat dosa dan maksiat, sebab jika dosa dan perbuatan maksiat itu terus dilakukan, dan pada akhirnya kematian itu datang, maka hal itulah yang akan menjadi penyebab kita mendapat siksaan yang amat sangat pedih.
Intinya adalah dengan mengingat kematian dan menjadikannya nasehat diri adalah amal yang patut untuk dilaksanakan. Dengan mengingat mati kita akan menjadi tahu jika kesempatan untuk hidup kembali ke dunia ini tidak akan lagi ada. Kita juga akan sadar bahwa jika kematian itu telah tiba, maka tidak ada lagi penyesalan. Oleh karena itu, persiapkan diri untuk menghadapi kematian yaitu dengan memperbanyak amal ibadah dan menjadikan diri sebagai abdi Allah yang selalu tunduk dan patuh kepadaNya.
Kesimpulannya adalah:
- Kematian sebagai nasehat bagi kita untuk memperbanyak bekal amal ibadah
- Kematian sebagai renungan dan pelajaran penting selama kita masih hidup di dunia
- Kematian adalah sesuatu yang pasti datang kepada kita
- Kematian adalah babak baru dikehidupan akhirat dimana kita mendapatkan dua tempat , apakah surga atau neraka, hal itu sesuai dengan perbuatan yang kita lakukan.
بلرك الله لي ولكم في القرآن الكريم و نفعني و إياكم بما فيه من الأيات و الذكر الحكيم ، أقول قولي هذا و استغفر الله العظيم لي و لكم فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم
sangat bermanfaat khutbahnya...khususnya but yg mau khutbah besok jumat... :)
ReplyDeleteKematian adalah petuah yang pasti dan sangat manjur bagi mereka yang merasakan hidup, termasuk manusia.
ReplyDeletekematian adalah pelajaran terbaik untuk persiapan akhirat selagi kita masih bisa benafas. namun kadang kita teramat susah menyelesaikan dengan ikhlas tugas Ilahi yang sebenarnya mudah...semoga kita termasuk orang yang di tunjuki untuk menjalani kehidupan yang baik dunia dan akhirat, amin.
ReplyDeletekematian itu pasti, makanya sia-sia kita menakutinya. namun yang perlu dipikirkan adalah amal sholeh yang kita bawa ke kehidupan selanjutnya ya da?
ReplyDeletemas sebenarnya reingkarnasi itu memang ada atau tidak di dunia ini
ReplyDeletekematian sesuatu hal yang tabu ,kebanyakan orang enggan membahasnya mungkin karena takut atau apa , namun kapanpun siap atau tidak siap kita akan menemuinya, bagi mereka golongan ma'rifat mati adalah kenikmatan, karna apa kita tercipta dari ni'mat dan akan kembali dengan nikmat pula
ReplyDeletebetul artikel diatas JADIKAN KEMATIAN SEBAGAI PENASEHAT DIRI, namun kematian adalah sesuatu kesengsaraan dan menyakitkan , dan sakitnya melebihi 1000 sabetan pedang ,ini penilaian bagi sebagian golongan
Delete