Teknologi merupakan salah satu unsur dalam kebudayaan sebagaimana unsur-unsur lainnya seperti metafisika, ilmu, filsafat, humaniora, ideologi, dan seni rupa (The Liang Gie, 1982: 88). Teknologi lebih berperan dalam membangun ”unsur material” kebudayaan manusia. Bila pada milenium pertama manusia bergumul antara dua aktivitas yaitu merenung dan berpikir, setelah itu manusia terlibat dalam pergulatan baru yaitu berpikir dan bertindak.
Teknologi memiliki suatu potensi merubah kesadaran intelektual dan moral dari individu manusia. Teknologi berperan besar terhadap komponen kebudayaan lain maupun terhadap manusia secara individu. Pada tingkat tertentu teknologi mengkondisikan ”kebudayaan baru”. Contonya adalah teknologi komputer dengan jaringan internetnya telah mengkondisikan manusia baik secara individu maupun sosial secara berbeda dengan manusia atau masyarakat tanpa komputer.
Kajian hubungan teknologi dengan budaya selanjutnya dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu dari sudut teknologi dan dari sudut kebudayaan. Dari sudut teknologi, terbuka alternatif untuk memandang hubungan antara teknologi dan kebudayaan dalam paradigma positivistis atau ”teknologi tepat”. Paradigama teknologi postivistis yang didasari oleh metafisika materrialistis jelas memiliki kekuatan dalam menguasai, mengurus, dan memuaskan hasrat manusia yang tak terbatas. Sedangkan paradigma ”teknologi tepat” lebih menuntut kearifan manusia untuk ”hidup secara wajar”.
Dari sudut pandang kebudayaan, teknologi dewasa ini merupakan anak kandung ”kebudayaan barat”, danini berarti bahwa penerimaan ataupun penolakan secara sistemik terhadap teknologi harus dilihat dalamkerangka ”komunikasi antar sistem kebudayaan”. Sehingga, bagi negara atau masyarakat pengembang teknologi, suatu penemuan teknologi baru merupakan momentum proses eksternalisasi dalam rangka membangun ”dunia objektif” yang baru; sedangkan bagi negara atau masyarakat yang menjadi ”konsumen teknologi” , suatu konsumsi teknologi baru bermakna inkulturasi kebudayaan, akulturasi kebudayaan, bahkan ”invasi kebudayaan”.
---------------------------
Teknologi memiliki suatu potensi merubah kesadaran intelektual dan moral dari individu manusia. Teknologi berperan besar terhadap komponen kebudayaan lain maupun terhadap manusia secara individu. Pada tingkat tertentu teknologi mengkondisikan ”kebudayaan baru”. Contonya adalah teknologi komputer dengan jaringan internetnya telah mengkondisikan manusia baik secara individu maupun sosial secara berbeda dengan manusia atau masyarakat tanpa komputer.
Kajian hubungan teknologi dengan budaya selanjutnya dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu dari sudut teknologi dan dari sudut kebudayaan. Dari sudut teknologi, terbuka alternatif untuk memandang hubungan antara teknologi dan kebudayaan dalam paradigma positivistis atau ”teknologi tepat”. Paradigama teknologi postivistis yang didasari oleh metafisika materrialistis jelas memiliki kekuatan dalam menguasai, mengurus, dan memuaskan hasrat manusia yang tak terbatas. Sedangkan paradigma ”teknologi tepat” lebih menuntut kearifan manusia untuk ”hidup secara wajar”.
Dari sudut pandang kebudayaan, teknologi dewasa ini merupakan anak kandung ”kebudayaan barat”, danini berarti bahwa penerimaan ataupun penolakan secara sistemik terhadap teknologi harus dilihat dalamkerangka ”komunikasi antar sistem kebudayaan”. Sehingga, bagi negara atau masyarakat pengembang teknologi, suatu penemuan teknologi baru merupakan momentum proses eksternalisasi dalam rangka membangun ”dunia objektif” yang baru; sedangkan bagi negara atau masyarakat yang menjadi ”konsumen teknologi” , suatu konsumsi teknologi baru bermakna inkulturasi kebudayaan, akulturasi kebudayaan, bahkan ”invasi kebudayaan”.
---------------------------
- Iskandar Alisjahbana, 1991 “Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di Dunia dan Indonesia”, Menerawang Masa Depan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni Dalam Perkembangan Budaya Masyarakat Bangsa Indonesia. Penerbit ITB: Bandung
- Peter Soedojo. 2004. Pengantar Sejarah dan Filsafat Ilmu Pengetahuan Alam. GajahmadaUniversity Press: Yogyakarta
- Rizak Mustansyir & Misnal Munir. 2006. Filsafat Ilmu. Pustaka Pelajar. Yogyakarta
- Saswinadi Sasmojo, 1995. Iptek dan Budaya Masyarakat dalam Menunjang. Industrialisasi di Indonesia, Dalam “Analisis Permasalahan Dalam Pembangunan; Pembangunan Industri dan Pengembangan Sumberdaya Manusia”, Dewan Sosial Politik Daerah “C”, Jawa Barat.
- Soerjono Soekamto. 1982. Sosiologi (Suatu Pengantar). Raja Grafindo Persada: Jakarta.
- Tim Dosen Filsafat Ilmu. 2003. Filsafat Ilmu. Fakultas Filsafat Ilmu UGM: Yogyakarta
Saya akan sangat senang jika ada komentar yang membangun, tetapi:
*Jangan komentar SPAM
*Jangan menanam link
*Jangan ada unsur sara, Fornografi dan memojokkan
Komentar yang melanggar akan dimasukkan kedalam daftar SPAM dan tidak akan diijinkan lagi.
Klik dan Copy Icon di bawah:
:) :( hihi :-) :D =D :-d ;( ;-( @-) :P :o -_- (o) :p :-? (p) :-s (m) 8-) :-t :-b b-( :-# =p~ $-) (y) (f) x-) (k) (h) cheer lol rock angry @@ :ng pin poop :* :v 100
By: Terwujud.com
Terima Kasih!!