Di antara bidang-bidang khusus yang menerapkan psikologi operant, bidang pendidikanlah yang mendapat perhatian Skinner. Dia dianggap sebagai bapak “teknik mengajar” dan “pengajaran terprogram”. Sebenarnya teknik mengajar dalam berbagai bentuk telah terwujud beberapa dekade sebelumnya, tetapi Skinner dan para pengikutnyalah yang mengemasnya secara sistematis pada thun-tahun 1950-an. Skinner hanya menyediakan satu pemikiran yang terinci mengenai pengendalian tingkah laku ini.
Menurut Skinner, kunjungannya ke kelas siswa matematika anaknya yang berada di kelas empat pada tahun 1954 adalah sumber yang menggerakkan inspirasi langsung pada teknik mengajar itu. Apa yang dilihatnya dalam kelas itu adalah suatu keadaan dimana “rohani-rohani dibinasakan”, dan dia lantas membuat suatu alat mekanis yang dapat mengendalikan proses belajar manusia secara tepat. Faktor-faktor utama bagi keberhasilan teknik mengajar itu, menurut Skinner adalah:
a. Para pelajar senantiasa dan secara tepat diberi pengukuhan.
b. Setiap pelajar dapat naik kelas berdasarkan tingkat kemampuannya sendiri;
c. Setiap pelajar mengikuti suatu urutan yang saling bertalian.
Oleh karena pengajaran menurut Skinner, merupakan “pengaturan keadaan-keadaan yang membawa perubahan dalam tingkah laku”, maka ia dapat diatur dengan cara yang lebih sistematis oleh teknik bila dibandingkan dengan seorang guru dalam ruang kelas yang biasa.
Prosedur Pembentukan Tingkah Laku
Jika disederhanakan, prosedur pembentukan tingkah laku dalam Operant conditioning itu adalah sebagai berikut:[1]
Sebagai ilustrasi, misalnya dikehendaki agar sejumlah mahasiswa mempunyai kebiasaan membaca jurnal profesional yang terdapat di perpustakaan Fakultas pada waktu sore hari. Untuk membaca jurnal profesional seperti dimaksudkan dia atas itu, maka para mahasiswa tersebut harus:[2]
1. Sore hari datang ke Fakultas,
2. Masuk ruang perpustakaan,
3. Pergi ke tempat penyimpanan buku dan jurnal,
4. Berhenti di tempat penyimpanan jurnal,
5. Memilih jurnal profesional yang dimaksud,
6. Membawa jurnal itu ke ruang baca, dan
7. Membaca jurnal tersebut.
Kalau dapat diidentifikasi hadiah-hadiah (tidak harus berupa barang) bagi masing-masing komponen tingkah laku tersebut yaitu komponen 1 sampai dengan 7, maka akan dapat dilakukan pembentukan kebiasaan tersebut.
-------------------
[1] Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan, Jakarta, PT Grasindo, 2006, h. 133
[2] Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Jakarta, PT Raja Grasindo Persada, h. 273
Menurut Skinner, kunjungannya ke kelas siswa matematika anaknya yang berada di kelas empat pada tahun 1954 adalah sumber yang menggerakkan inspirasi langsung pada teknik mengajar itu. Apa yang dilihatnya dalam kelas itu adalah suatu keadaan dimana “rohani-rohani dibinasakan”, dan dia lantas membuat suatu alat mekanis yang dapat mengendalikan proses belajar manusia secara tepat. Faktor-faktor utama bagi keberhasilan teknik mengajar itu, menurut Skinner adalah:
a. Para pelajar senantiasa dan secara tepat diberi pengukuhan.
b. Setiap pelajar dapat naik kelas berdasarkan tingkat kemampuannya sendiri;
c. Setiap pelajar mengikuti suatu urutan yang saling bertalian.
Oleh karena pengajaran menurut Skinner, merupakan “pengaturan keadaan-keadaan yang membawa perubahan dalam tingkah laku”, maka ia dapat diatur dengan cara yang lebih sistematis oleh teknik bila dibandingkan dengan seorang guru dalam ruang kelas yang biasa.
Prosedur Pembentukan Tingkah Laku
Jika disederhanakan, prosedur pembentukan tingkah laku dalam Operant conditioning itu adalah sebagai berikut:[1]
- Dilakukan identifikasi mengenai hal apa yang merupakan reinforcer (hadiah) bagi tingkah laku yang akan dibentuk itu.
- Dilakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen-komponen kecil yang membentuk tingkah laku yang dimaksud. Komponen-komponen itu lalu disusun dalam urutan yang tepat untuk menuju kepada terbentuknya tingkah laku yang dimaksud.
- Dengan mempergunakan secara urut komponen-komponen itu sebagai tujuan-tujuan sementara, mengidentifikasi reinforcer (hadiah) untuk masing-masing komponen itu.
Sebagai ilustrasi, misalnya dikehendaki agar sejumlah mahasiswa mempunyai kebiasaan membaca jurnal profesional yang terdapat di perpustakaan Fakultas pada waktu sore hari. Untuk membaca jurnal profesional seperti dimaksudkan dia atas itu, maka para mahasiswa tersebut harus:[2]
1. Sore hari datang ke Fakultas,
2. Masuk ruang perpustakaan,
3. Pergi ke tempat penyimpanan buku dan jurnal,
4. Berhenti di tempat penyimpanan jurnal,
5. Memilih jurnal profesional yang dimaksud,
6. Membawa jurnal itu ke ruang baca, dan
7. Membaca jurnal tersebut.
Kalau dapat diidentifikasi hadiah-hadiah (tidak harus berupa barang) bagi masing-masing komponen tingkah laku tersebut yaitu komponen 1 sampai dengan 7, maka akan dapat dilakukan pembentukan kebiasaan tersebut.
-------------------
[1] Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan, Jakarta, PT Grasindo, 2006, h. 133
[2] Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Jakarta, PT Raja Grasindo Persada, h. 273
Saya akan sangat senang jika ada komentar yang membangun, tetapi:
*Jangan komentar SPAM
*Jangan menanam link
*Jangan ada unsur sara, Fornografi dan memojokkan
Komentar yang melanggar akan dimasukkan kedalam daftar SPAM dan tidak akan diijinkan lagi.
Klik dan Copy Icon di bawah:
:) :( hihi :-) :D =D :-d ;( ;-( @-) :P :o -_- (o) :p :-? (p) :-s (m) 8-) :-t :-b b-( :-# =p~ $-) (y) (f) x-) (k) (h) cheer lol rock angry @@ :ng pin poop :* :v 100
By: Terwujud.com
Terima Kasih!!