Tjoet Nyak Dien lahir tahun 1848 di Aceh. Peperangan yang telah merenggut segala yang ia miliki. Selama Aceh berperang melawan Belanda, Tjoet Nyak Dien kehilangan orang-orang yang dicintainya. Suaminya yang pertama, Teuku Ibrahim Lamnga, yang berjuang bersama ayahnya, tewas di medan tempur.
Pada tahun 1899, Teuku Umar (suaminya yang kedua sekaligus rekan sesama pejuang) juga gugur di Meulaboh. Ia tidak mernimpin pasukannya dari dalam benteng. Ia bergerilya, keluar masuk hutan dan gununggunung. Ketika usia semakin tua, daya tahan fisiknya pun makin melemah.
Setelah enam tahun memimpin pasukan menggantikan Teuku Umar, pandangan matanya mulai rabun. Kondisi yang memilukan ini menimbulkan rasa iba pembantu kepercayaannya, Pang Laot. Diam-diam, Pang Laot mengontak Belanda dan menawarkan sebuah perjanjian. Ia akan menunjukkan markas pasukan Tjoet Nyak Dien, asal Belanda tidak menyakiti perempuan itu.
Pasukan Belanda pun segara "menjemput" Tjoet Nyak. Tapi, perempuan ini lebih memilih mati ketimbang harus menyerah kepada penjajah. Sayang, percobaan bunuh dirinya bisa dicegah. Sebagai tawanan, ia lantas dibawa ke Kutaraja, Banda Aceh. Karena Belanda khawatir penawanan Tjoet Nyak Dien bakal mengobarkan api perlawanan kembali, maka perempuan yang terkenal berwatak keras itu akhirnya dibuang ke Sumedang, Jawa Barat. Tjoet Nyak Dien wafat di pembuangan pada tahun 1908. Oleh pemerintah, ia digelari Pahlawan Nasional.
Pada tahun 1899, Teuku Umar (suaminya yang kedua sekaligus rekan sesama pejuang) juga gugur di Meulaboh. Ia tidak mernimpin pasukannya dari dalam benteng. Ia bergerilya, keluar masuk hutan dan gununggunung. Ketika usia semakin tua, daya tahan fisiknya pun makin melemah.
Setelah enam tahun memimpin pasukan menggantikan Teuku Umar, pandangan matanya mulai rabun. Kondisi yang memilukan ini menimbulkan rasa iba pembantu kepercayaannya, Pang Laot. Diam-diam, Pang Laot mengontak Belanda dan menawarkan sebuah perjanjian. Ia akan menunjukkan markas pasukan Tjoet Nyak Dien, asal Belanda tidak menyakiti perempuan itu.
Pasukan Belanda pun segara "menjemput" Tjoet Nyak. Tapi, perempuan ini lebih memilih mati ketimbang harus menyerah kepada penjajah. Sayang, percobaan bunuh dirinya bisa dicegah. Sebagai tawanan, ia lantas dibawa ke Kutaraja, Banda Aceh. Karena Belanda khawatir penawanan Tjoet Nyak Dien bakal mengobarkan api perlawanan kembali, maka perempuan yang terkenal berwatak keras itu akhirnya dibuang ke Sumedang, Jawa Barat. Tjoet Nyak Dien wafat di pembuangan pada tahun 1908. Oleh pemerintah, ia digelari Pahlawan Nasional.
Saya akan sangat senang jika ada komentar yang membangun, tetapi:
*Jangan komentar SPAM
*Jangan menanam link
*Jangan ada unsur sara, Fornografi dan memojokkan
Komentar yang melanggar akan dimasukkan kedalam daftar SPAM dan tidak akan diijinkan lagi.
Klik dan Copy Icon di bawah:
:) :( hihi :-) :D =D :-d ;( ;-( @-) :P :o -_- (o) :p :-? (p) :-s (m) 8-) :-t :-b b-( :-# =p~ $-) (y) (f) x-) (k) (h) cheer lol rock angry @@ :ng pin poop :* :v 100
By: Terwujud.com
Terima Kasih!!